Susu sapi merupakan salah satu
komponen yang mengandung beragam gizi terbaik bagi manusia. Dalam 100
gram susu sapi tersimpan kalori, protein, lemak, kalsium, Vitamin B2, A,
asam amino dan masih banyak lagi lainnya. Mencermati kandungan ini,
tidak heran jika kemudian susu sapi menjadi minuman sehat yang banyak
dikonsumsi manusia. Meski fakta medis menyatakan minuman ini berkhasiat,
namun dalam kondisi tertentu susu sapi juga tidak direkomendasikan
untuk dikonsumsi terutama bagi mereka yang mengalami gejala alergi susu sapi.
Manifestasi klinis dari alergi ini secara umum sama dengan alergi
lainnya. Gejalanya bisa saja berupa gangguan pada kulit, gangguan pada
saluran cerna juga saluran pernafasan. Terkait gangguan kulit, dalam
kondisi akut atau jangka pendek bisa muncul berupa gatal juga
anafilaksis. Sementara itu reaksi jangka panjang atau kronis muncul
berupa penyakit astma atau dermatitis (eksim kulit yang parah) juga
gangguan saluran cerna.
Sekelumit Mengenai Alergi Susu Sapi
Jika merunut pada sejarah, alergi susu sapi
pertama kali dilaporkan oleh Hippocrates di tahun 370 Masehi. Kondisi
alergi ini, kini telah mejadi perhatian seluruh dunia. Susu sapi bahkan
telah dianggap sebagai pemicu alergi makanan terutama pada anak-anak
yang paling umum dijumpai. Bayi berumur di bawah lima tahun memiliki
potensi yang lebih besar terkena alergi susu sapi. Hal ini merupakan
kondisi dimana bayi memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang melawan
protein yang terkandung di dalam sapi. Peristiwa ini kemudian ditandai
dengan gejala alergi yang muncul. Kondisi ini memang mengkhawatirkan,
namun menurut dokter, alergi susu sapi dengan presentase 85% akan
menghilang saat bayi telah menginjak usia 3 tahun.
Alergi susu sapi dibedakan atas dua
yakni alergi akibat reaksi imunologis dan alergi atas reaksi
intoleransi. Imunologis sendiri terkait dengan sistem dalam tubuh yang
melawan protein susu sapi itu. Sementara itu alergi susu rekasi
intolernasi mencakup efek toksik dari bakteri semacam stafilokok, defek
metabolic yang disebabkan oleh kurangnya enzim bernama lactase dan juga
reaksi idiosinkrasi yang dikenal juga dengan nama rekasi simpang terkait
bahan-bahan yang terdapat di dalam susu formula yang mengandung susu
sapi.
Komponen Protein Sebagai Alergen
Salah satu senyawa yang paling bertanggungjawab terhadap alergi susu sapi adalah
protein yang terkandung di dalamnya yang merupakan allergen paling umum
terutama bagi anak yang hypersensitive. Komponen senyawa protein yang
ada di dalam susu sapi paling sedikit berjumlah 40 dan menjadi biang
respon imun yang berfisat menyimpang. Komponen protein ini diagi menhadi
Kasein juga Whey. Kasein sendiri merupakan bagian dari susu sapi dengan
bentuk kental dan umumnya diperoleh dari proten susu sapi dengan
komposisi antara 76% hingga 86%. Sementara itu Whey sendiri terbagi atas
protein susu sebanyak 20%, Lactiglobulin sebanyak 9%, Lactalbumin
sebanyak 4 %, Bovine Immunoglobin sebanyak 2 %, bovine serum albumin
sebanyak 1 % dan komponen kecil lainnya seperti lipases, transferring
dan lactoferrin.
Untuk mengindari terjadinya alergi
susu sapi, sebaiknya ganti minuman sehat Anda dengan susu soya yang
memang bebas laktosa dan aman untuk bayi. Komponen ASI juga sebaiknya
diberikan pada bayi dengan usia di bawah 3 tahun secara penuh. Sebab
pada usia tersebut, bayi cenderung “menolak” susu sapi. Dengan pemberian
ASI secara eksklusif, alergi terhadap susu sapi bisa dihindari plus
gizi kompleks bayi jauh lebih baik.