Fakta Tentang Pemberian Susu Soya Untuk Bayi

Susu Soya Untuk Bayi
Menurut penelitian terbaru mengenai masalah tumor dan kanker, wanita yang berusia 35 – 59 tahun 25% lebih besar terkena tumor rahim ketika bayinya banyak mengkonsumsi susu soya (Susu kedelai) dibanding susu sapi, atau Air Susu Ibu (ASI). Tumor ini sangat membahayakan bagi wanita karena dapat mengakibatkan kemandulan. Penyebabnya adalah karena keberadaan senyawa isoflavon yang tinggi pada soya. Disamping beberapa kasus tertentu, fakta lainnya mengenai mengapa para orangtua memberikan susu soya untuk bayi adalah karena masalah ekonomi akibat mahalnya susu sapi formula. Contoh kasus tertentu, yaitu pada kasus ibu yang tidak dapat menyusui atau bayi yang memiliki masalah elergi susu sapi sehingga banyak dari ibu yang memberikan bayinya susu soya sebagai pengganti. Menurut American Academy of Pediatrics, pemberian susu soya kepada bayi tidak banyak memberikan manfaat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan mengingat dampak yang bakal ditimbulkan. Beberapa dampak pemberian susu soya untuk bayi antara lain, menimbulkan alergi makanan, masalah bagi pencernaan, kelainan tingkah laku (behavioral problems) karena kandungan enzim phytase pada soya, masalah hormon tiroid, mengurangi kemampuan tubuh menyerap gizi penting (kalsium, magnesium, zat besi, dan zink), penyebab tumor atau kanker, menimbulkan puber dini (early puberty), dan mempengaruhi kesuburan (fertilitas)

Oleh karena itu, jangan terburu-buru memberikan susu soya untuk bayi. Jika harus memberikan susu pengganti selain ASI sebaiknya memilih sumber protein yang mirip dengan struktur protein ASI, yaitu susu formula yang berasal dari sapi, bukan susu formula soya. Namun, kalau bayi yang berusia di bawah 6 bulan ternyata alergi terhadap susu sapi tetap jangan langsung diberikan susu soya. Penggunaan susu soya untuk balita hanya boleh diberikan ketika bayi telah menginjak usia di atas 6 bulan. Hal ini disebabkan karena kandungan protein nabati pada susu soya tidak selengkap jika dibandingkan dengan susu hewani (susu sapi). Disamping itu, susu soya juga tidak mengandung kolesterol yang dalam jumlah kecil sangat dibutuhkan bayi untuk perkembangan organ tubuhnya.

Jika solusi di atas belum mendapatkan hasil yang baik, seperti masih munculnya masalah alergi karena pemberian susu sapi. Solusi lainnya adalah dengan memberikan susu formula terhidrolisa yang sudah mulai banyak direkomendasi oleh badan-badan kesehatan dunia. Susu formula terhidrolisa merupakan susu yang telah mengalami pemecahan protein, contohnya adalah susu dari protein whey yang telah terhidrolisa secara parsial (sebagian) atau terhidrolisa seluruhnya (ekstensif). Hal ini berarti susu tersebut memiliki kandungan protein whey yang telah dipecah-pecah menjadi partikel kecil, sehingga diharapkan mampu mengurangi sifat alergenik pada susu sapi maupun susu soya.Namun, faktanya masih banyak orangtua yang masih memberikan susu soya untuk bayi-nya. Hal ini antara lain dikarenakan belum mengetahui informasi terbaru, harga susu terhidrolisa yang masih mahal, susah diperoleh, dan rasanya yang tidak enak sehingga banyak bayi yang tidak menyukainya.